Resensi Novel Critical Eleven



Tampak depan buku

Judul                   : Critical Eleven

Penulis                : Ika Natassa

Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama         

Tahun Terbit       : 2015

Jumlah Halaman : 344 halaman

Tebal                    : 20  cm


Sinopsis


“Sorry, Excuse Me.”  “My seat is there.” Tegur Anya kepada seorang pria dihadapannya. Pria itu hanya tersenyum balik, tipis, tapi diam, lalu ia berdiri memberi jalan masuk. Pesawat menjadi tempat awal pertemuan Anya dan Ale saat penerbangan mereka menuju Sydney. Buku Critical Eleven menceritakan seorang wanita karier sukses bernama Anya yang bertemu secara tidak sengaja dengan seorang pria bernama Ale yang berprofesi sebagai petroleum engineer.
Pada awalnya Anya merasa menemukan laki-laki idaman yang dicarinya selama ini, semua kriterianya ada pada Ale. Namun sayangnya saat kehidupan rumah tangganya memasuki tahun ke-5 semuanya tidak berjalan dengan mulus sesuai harapan. Anya berada pada satu titik dimana ia mulai mempertanyakan pilihan-pilihan hidupnya termasuk memilih Ale menjadi suaminya. Apakah sebuah keputusan tepat bagi Anya? Akankah cinta Anya dan Ale yang terjadi secepat kilat akan mampu bertahan lama ketika menghadapi konflik yang terjadi diantara mereka? Bagi Anya untuk membuang jauh-jauh Ale dari pikirannya adalah hal yang sangat sulit namun untuk kembali percaya pada Ale juga merupakan hal sulit yang harus dilakukannya. Selama enam bulan lamanya Anya harus menahan dan menutup rapat-rapat luka hatinya dengan harapan Ale mau minta maaf dan mengerti mengapa Anya bersikap dingin kepada Ale. Sayangnya komunikasi diantara Anya dan Ale tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan banyak kesalahpahaman.
Dilain pihak, Ale, suami Anya berusaha untuk mengembalikan kepercayaan Anya kepada dirinya termasuk mengembalikan cinta Anya kepada Ale sama seperti disaat bahagia mereka dulu. Ale tau kesalahan terbesarnya adalah ketika menyalahkan Anya atas kematian anak laki-lakinya, Aidan. Setelah kejadian tersebut Anya bersikap dingin dan tidak mempedulikan lagi kehadiran Ale. Bagi Ale, Anya adalah segalanya dan ia menganggap semua yang sedang terjadi dalam rumah tangganya adalah ujian iman dari padaNYA. Ujian keimanan seorang laki-laki itu bukan waktu dia digoda oleh uang, perempuan, atau kekuasaan seperti banyak yang dikatakan orang-orang. Ujian keimanan itu sesungguhnya adalah saat yang paling berharga dalam hidup laki-laki itu direnggut begitu saja, tanpa sebab apa-apa, tanpa penjelasan apa-apa, kecuali bahwa karena itu sudah menjadi takdirnya.Tapi Ale sadar bahwa ia harus kuat untuk dirinya dan untuk istri tercintanya melewati cobaan yang dia sendiri yakin pasti ada jalan keluarnya menuju kebahagiaan yang sudah disediakan Allah untuk keluarganya kelak.

Kelebihan 

Selain menggunakan gaya bahasa lugas, mudah untuk dimengerti oleh pembaca, novel ini juga dilengkapi catatan referensi untuk memperjelas setiap kata yang dimaksud. Ditampilkan secara bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, sehingga pembaca dapat memahami setiap jalan pikiran Ale dan Anya. Memahami cara pandang bagaimana seorang laki-laki atau wanita dalam berpikir dan bertindak.Novel yang masih menampilkan sisi religius seseorang, kebergantungan seorang manusia kepada sang Pencipta. Banyak menampilkan sisi kehangatan sebuah keluarga walaupun dengan latar belakang budaya yang berbeda (Jawa dan Sumatra). Banyak memberi contoh kepada kehidupan sekarang yang lebih kompleks dimana seorang wanita di era sekarang yang harus membagi waktu antara karier dan kehidupan keluarga, dapat diperankan dengan baik oleh tokoh Anya dan teman-temannya yang merupakan wanita karier, ada semacam girl power yang ditampilkan dalam novel tersebut. Hal tersebut didukung dengan latar tempat yang menampilkan banyak tempat layaknya seseorang yang sering bepergian untuk urusan pekerjaan seperti New York, Singapore, Sydney dan Bandara yang sudah dianggap tokoh utama seperti rumah kedua.

Kekurangan
 
Pada awal yang diceritakan di novel adalah masa lalu Anya dan Ale yaitu saat-saat awal pertemuan mereka namun dalam beberapa bab di belakangnya kembali ke masa ketika sebuah konflik sudah terjadi diantara Anya dan Ale. Sempat memerlukan sebuah nalar bahwa cerita yang dibaca di awal adalah flash back lalu alur cerita berjalan maju namun masih adanya flash back dari Anya dan Ale. Bisa dikatakan banyak sisi flash back yang diceritakan dalam novel tersebut sehingga kadang harus memilah saat membaca mana yang terjadi saat ini dan yang masa lalu. Sebenarnya sah-sah saja apabila penulis ingin flash back asalkan saat pergantian masa lalu dan masa sekarang diceritakan dengan rapih, kelihatan adanya perbedaan waktu dulu dan sekarang. Ada kekurangan dalam menceritakan ketika Anya sedang hamil apakah ia sendiri rutin memeriksakan kandungannya sehingga Anya keukeuh sekali kalau kandungannya sudah ia jaga dengan baik karena logikanya apabila sang ibu sudah rajin kontrol kandungannya apakah ia akan tetap kehilangan bayinya kecuali memang sudah takdirnya.

Harapan dan Bayangan untuk Film Critical Eleven

Aktor yang terpilih dapat memainkan peran dengan baik sesuai dengan watak yang sudah diceritakan dalam novel. Dalam novel banyak menjelaskan ciri-ciri tokoh baik secara tampilan fisik ataupun sifat dari para tokoh. Seperti untuk tokoh Ale ciri-ciri tampilan fisik: tinggi, tegap, berbadan atletis yang memiliki sifat yang agak kaku namun seorang yang religius, pintar, setia dan pandai meracik kopi. Sedangkan untuk peran Anya memiliki sosok yang cantik, rajin bekerja, suka bepergian dan menyukai kebebasan. Menampilkan latar tempat diluar negeri yang banyak diceritakan di dalam novel seperti New York. Harapannya tokoh-tokoh yang ada di film sama dengan yang dinovel dalam arti tidak ada tambahan tokoh karena pasti ceritanya akan berbeda namun apabila adanya penambahan tokoh untuk menambah bumbu cerita untuk lebih seru di film tidak salah juga asalkan inti cerita tidak menyimpang jauh. Untuk alurnya juga diharapkan bisa lebih rapih dalam menuturkan karena ketika membaca kita akan sempat berimajinasi ataupun berpikir namun ketika di film biasanya penonton ingin menikmati apa yang sudah ditampilkan, diharapkan tidak terlalu banyak flash back yang ditampilkan di film.

Bayangan saya film ini akan menjadi film romantis karena banyak menceritakan kehidupan percintaan antara Anya dan Ale dari awal pertemuan hingga hidup berumah tangga. Namun bukan hanya film yang menjual romantisme semata namun nilai-nilai positif yang bisa dipetik dalam kehidupan berumah tangga. Dalam kehidupan berumah tangga bukan hanya dapat bertahan dari sisi romantisme semata tetapi ada perjuangan-perjuangan yang harus dilalui sepasang suami istri dan tidak menyerah ditengah jalan ketika konflik datang tetapi dapat diselesaikan bersama-sama karena konflik tersebut merupakan ujian bagi mereka berdua yang dapat menjadikan keduanya lebih baik sebagai pribadi dan pasangan, mempunyai arah dan tujuan hidup yang ditetapkan bersama-sama. Film ini juga banyak mengangkat tentang kehidupan berumah tangga yang harus berpisah secara geografis karena profesi pasangan yang tidak memungkinkan tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama, banyak konflik yang terjadi seperti kesendirian, menuntut kemandirian pasangan yang ditinggalkan dan harapan saya film ini dapat menonjolkan pesan positif atas masalah tersebut.
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monumen Nasional (Monas) Jakarta

Krakatau Trip 2